<FONT FACE="arialnarrow" color="blue"> WELCOME TO MY BLOG The Great Country

Minggu, 18 April 2010

PESAN TERAKHIR ARDI revisi)

Karya Ahmad Shidiq

Di ruang yang beralaskan tanah dan hanya diterangi oleh sebuah lilin itu terlihat seorang kakek dan nenek sedang makan malam yang hanya berupa nasi putih dengan perasaan sedih. Terdengar dari luar hujan deras terus mengguyur , angin berhembus sangat kencang dan menerobos sela-sela dinding rumah itu.Suara batuk Bu Rukinah terus bergelombang dari dalam rumah itu hingga mengganggu tetangga.

Aku sangat kasihan karena anak kandung mereka Ardi baru saja meninggal dalam sebuah kecelakaan yang menelan korban jiwa sebelas orang, peristiwa itu terjadi pada saat truk dengan kecepatan penuh menabrak sebuah bus yang sedang berbelok, akhirnya bus terjatuh di jurang. Walaupun usianya tiga puluh tahun ia tetap berusaha keras mencapai cita-citanya.,waktu itu Ardi menumpangi bus dengan rute Semarang-Jakarta dan bermaksud mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di sebuah universitas, Ardi sebenarnya anak orang tak mampu akan tetapi dengan usahanya yang keras ia dapat mengumpulkan uang sebesar sepuluh juta,yang ia kumpulkan selama tiga tahun. Ia mendapatkan uang itu dengan mendirikan toko kecil dan memperbaiki barang-barang elektronik. Ia belajar memperbaiki barang-barang elektronik dari les yang diadakan setiap sore oleh sekolahan.

Ia adalah temanku dulu di SMA yang ada di Desa Jati Agung, ia berkulit sawo matang sedikit berkumis dan murah senyum akan tetapi tak kusangka umurnya seumur jagung.

Aku tidak percaya ketika mendengar ia wafat, aku masih ingat sebelum wafat ia berpesan kepadaku “Mas Aziz selama aku pergi tolong jaga kedua orangtua kita” katanya kepadaku.

“Ya aku akan menjaganya,” sahutku menyanggupi.

“Ini ada sedikit uang,” sambil mengatungkan tangan.

“Tidak usah.”

“Terima saja jika ada sesuatu dengan ayah dan ibuku, sekarang aku mau pergi dulu,” sambil melangkah meninggalkan teras rumahku.

Ia pergi dengan perasaan sedih, karena ia harus meninggalkan kedua orangtuanya yang pada saat itu sedang sakit , ia tidak bisa menunda kepergian hingga orangtuanya sembuh karena ia harus segera mendaftar di sebuah universitas yang ada di Jakarta lusa mendatang.Demi mewujudkan cita-citanya ia harus pergi walaupun menyakitkan hati.

* * *

Suara kokok ayam sudah terdengar di telingaku, matahari pun sudah menampakkan sinarnya yang hangat, embun-embun tumbuhan menghiasi pagi ini . Dengan berpakaian compang-camping pagi-pagi aku harus pergi ke sawah untuk mencangkul, dengan membawa rantang dan cangkul di pundakku aku berjalan dengan santainya, tiba-tiba aku menghentikan langkah karena aku lihat orang-orang berkumpul di rumahnya Ardi.

Dengan membawa rantang aku berlari dengan nafas yang terengah-engah dan menembus kerumunan itu. Alangkah terkejutnya ketika melihat jasad Bu Rukinah terbujur kaku di atas meja. Kemudian kabar itu disiarkan hingga ke pelosok desa.

Semua orang menangis hingga membanjiri rumah itu. orang terus berdatangan ke rumah itu untuk menengok dan yang lainnya mendirikan tenda untuk para takziyah, Pak Rohman istri Bu rukinah sangat sok sekali hingga ia tak sadarkan diri. Aku sangat mengerti perasaannya yang di tinggal istri dan anaknya, ia sekarang sebatang kara .

Setelah dikafani, mayat Bu Rukinah akan segera disalatkan dan dikebumikan , karena Pak Rohman ingin menyaksikan untuk terakhir kali mayat istrinya ia dibopong oleh tiga orang karena tidak mampu berjalan. Mayat Bu Rukinah akan di kebumikan di samping anaknya, sesampainya di maqbaroh Bu Rukinah kemudian di turunkan pelan-pelan menuju lubang yang hanya berukuran satu meter setengah. Semua orang menangis menyaksikan peristiwa itu , tiba-tiba langit yang cerah menjadi mendung dan menghujani tempat itu seakan langit ikut menangis.

* * *

Matahari sudah mulai turun, hujan masih turun dengan pelan-pelan, dan dedaunan basah kuyuh terkena air hujan aku pulang kerumah melewati jalanan yang becek dan berlubang-lubang. Sekarang Pak Rohman tidak punya siapa-siapa, aku ingin membantu dengan menyuruhnya tinggal dirumahku, akan tetapi aku takut dengan istriku Khutomah. Ia orangnya pemarah dan tidak sabaran jika ia tinggal di rumahku yang agak sempit pasti dilarang dan didukung dengan penghasilanku yang pas-pasan pasti tambah ditolak.

Aku mencoba untuk berbicara dengannya tentang masalah Pak Rohman yang tinggal sendirian di rumah tapi aku masih ketakutan. Aku kebingungan apakah aku harus membantunya atau tidak, aku memutuskan untuk salat istikharoh meminta petunjuk Allah.

Aku kaget sekali karena aku bertemu dengan Ardi, ia menyuruhku untuk menjaga ayahnya.Aku terbangun dari mimpiku dan mengambil air wudlu untuk salat subuh.

Aku memutuskan untuk berbicara dengan istriku.
“Apa pendapatmu Bu jika Pak Rohman tinggal di sini?” ucapku dengan halus.

“Saya tidak setuju dengan Bapak, satu anak saja sudah repot apalagi ditambah orang tua pasti tambah repot harus memberi makan, tempat tidur dan apa kita punya uang?” ucapnya dengan lantang .

“Tapi, Bu, ia sekarang tak punya siapa-siapa,” kataku membantahnya.

“Baik, jika Bapak ingin memeliharanya pelihara saja tapi ada satu syarat yaitu Bapak harus mencari pekerjaan yang cocok,” katanya dengan lembut.

Kemudian kami berhenti sejenak dengan kompor yang masih menyala-nyala. kemudian Aku hanya diam saja dan berpikir bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan yang pendapatannya lumayan..

* * *
Seminggu kemudian

Aku menyiapkan bekal untuk mencari pekerjaan di kota. Dengan membaca bismillah aku melangkah meninggalkan rumah tercintaku.

Aku kagum sekali ketika sampai di sana, gedung-gedung tinggi menjulang ke atas dan banyaknya mobil sehingga lalu-lintas menjadi padat. Aku mulai mencari pekerjaan di perusahaan akan tetapi aku ditolak karena ijazahku SMA, aku tidak menyerah demi memelihara ayahnya Ardi aku harus berusaha keras .

Rasa lapar terus menyerangku sehingga aku harus makan di warung. Di situ aku mendengar pemilik warung berbicara tentang lowongan pekerjaan, aku langsung bertanya di mana letak pekerjaanku .

Aku berlari dengan kencang karena aku tidak mau didahului orang, alhamdulillah aku yang pertama datang sehingga aku yang mendapatkan pekerjaannya yaitu sopir. Beruntung sekali aku karena aku dulu pernah belajar nyetir.

Sekarang aku bisa menghidupi keluargaku dan ayahnya Ardi, aku bersyukur sekali kepada Allah karena telah memberiku pekerjaan.

Rabu, 07 April 2010

PESAN TERAKHIR ARDI (siklus 3)

Karya: Ahmad Shidiq

Diruang yang beralaskan tanah dan hanya diterangi oleh sebuah lilin itu terlihat seorang kakek dan nenek sedang makan malam yang hanya berupa nasi putih dengan perasaan sedih. Terdengar dari luar hujan deras terus mengguyur , angin berhembus sangat kencang dan menerobos sela-sela dinding rumah itu.Suara batuk terus bergelombang dari dalam rumah itu hingga mengganggu tetangga.

Aku sangat kasihan waktu itu Ardi menumpangi bus itu dengan rute Semarang-Jakarta dan bermaksud mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di sebuah universitas , Ardi sebenarnya anak orang tak mampu akan tetapi dengan usahanya yang keras ia dapat mengumpulkan uang sebesar sepuluh juta,yang ia kumpulkan selama sepuluh tahun . Ia mendapatkan uang itu dengan mendirikan toko kecil dan memperbaiki barang-barang elektronik. Ia belajar memperbaiki barang-barang elektronik dari les yang diadakan setiap sore oleh sekolahan.

Walaupun ia sudah agak tua dan hanya selisih, karena anak mereka Ardi baru saja meninggal dalam sebuah kecelakaan yang menelan korban jiwa sebelas orang , peristiwa itu terjadi pada saat truk dengan kecepatan penuh menabrak sebuah bus yang sedang berbelok, akhirnya bus terjatuh di jurang. pada dua tahun dariku ia tetap berusaha keras mencapai cita-citanya.

Ia adalah temanku dulu di SMA yang ada di Desa Jati Agung, ia berkulit sawo matang sedikit berkumis dan murah senyum tak kusangka umurnya seumur jagung.

Aku tidak percaya ketika mendengar ia wafat , aku masih ingat sebelum wafat ia berpesan kepadaku “Mas selama aku pergi tolong jaga kedua orangtuaku” katanya kepadaku.

“Ya aku akan menjaganya” sahutku menyanggupi.

“Ini ada sedikit uang” sambil mengatungkan tangan.

“Tidak usah”

“Terima saja jika ada sesuatu dengan kakek dan nenekmu, sekarang aku mau pergi dulu” sambil melangkah meninggalkan teras rumahku.

Ia pergi dengan perasaan sedih, karena ia harus meninggalkan kedua orangtuanya yang pada saat itu sedang sakit , ia tidak bisa menunda kepergian hingga orangtuanya sembuh karena ia harus segera mendaftar di sebuah universitas yang ada di Jakarta lusa mendatang.Demi mewujudkan cita-citanya ia harus pergi walaupun menyakitkan hati.

******

Suara kokok ayam sudah terdengar ditelingaku, matahari pun sudah menampakkan sinarnya yang hangat, embun-embun tumbuhan menghiasi pagi ini . Dengan berpakaian agak jelek pagi-pagi aku harus pergi ke sawah untuk mencangkul, dengan membawa rantang dan cangkul di pundakku aku berjalan dengan santainya tiba-tiba aku menghentikan langkahku karena terlihat orang-orang berkumpul di rumahnya Ardi.

Dengan membawa rantang aku berlari dengan narfas yang terengah-engah dan menembus kerumunan itu. Alangkah terkejutnya ketika melihat jasad Bu Rukinah terbujur kaku diatas meja. Kemudian kabar itu disiarkan hingga kepelosok desa.

Semua orang menangis hingga membanjiri rumah itu , orang terus berdatangan ke rumah itu untuk menengok dan yang lainnya mendirikan tenda untuk para takziyah, Pak Rohman istri Bu rukinah sangat sok sekali hingga ia tak sadarkan diri. Aku sangat mengerti perasaannya yang di tinggal istri dan anaknya, ia sekarang sebatang kara .

Setelah dikafani, mayat Bu Rukinah akan segera disholatkan dan dikebumikan , karena Pak Rohman ingin menyaksikan untuk terakhir kali mayat istrinya ia dibopong oleh tiga orang karena tidak mampu berjalan . Mayat Bu Rukinah akan di kebumikan disamping anaknya ,sesampainya di maqbaroh Bu Rukinah kemudian di turunkan pelan-pelan menuju lubang yang hanya berukuran satu meter setengah . Semua orang menangis menyaksikan peristiwa itu , tiba-tiba langit yang cerah menjadi mendung dan menghujani tempat itu seakan langit ikut menangis.



******

Matahari sudah mulai turun , hujan masih turun dengan pelan-pelan , dan dedaunan basah kuyuh terkena air hujan aku pulang kerumah melewati jalanan yang becek dan berlubang-lubang .Sekarang Pak Rohman tidak punya siapa-siapa , aku ingin membantu dengan menyuruhnya tinggal dirumahku, akan tetapi aku takut dengan istriku khutomah . ia orangnya pemarah dan tidak sabaran jika ia tinggal di rumahku yang agak sempit pasti dilarang dan didukung dengan penghasilanku yang pas-pasan.

Aku mencoba untuk berbicara dengannya tentang masalah Pak Rohman yang harus tinggal sendirian di rumah tapi aku masih ketakutan.Aku kebingungan apakah aku harus membantunya atau tidak ,aku memutuskan untuk sholat istikharoh meminta petunjuk Allah.

Aku kaget sekali karena aku bertemu dengan Ardi ,ia menyuruhku untuk menjaga ayahnya.Aku terbangun dari mimpiku dan mengambil air wudlu untuik sholat subuh.

Aku memutuskan untuk berbicara dengan istriku “Apa pendapatmu bu jika Pak Rohman tinggal disini” ucapku dengan halus.

“saya tidak setuju dengan bapak ,satu anak saja sudah repot apalagi ditambah orangtua pasti tambah repot harus memberi makan, tempat tidurdan apa kita punya uang” ucapnya dengan lantang .

“Tapi buk ia sekarang tak punya siapa-siapa ” kataku membantahnya.

“Emang urusamku ,jika bapak ingin memeliharanya pelihara saja tapi aku akan pergi dari sini” katanya memgancam dengan wajah memerah.

Kemudian kami berhenti sejenak dengan kompor yang masih menyala-nyala.kemudian istriku berbicara lagi denganku “Pak jika bapak ingin memeliharanya peliharalah aku sudah bosan hidup dengan bapak yang miskin”katanya menyinggung perasaanku.

Aku hanya diam saja dan berfikir apakah dia hanya menggertak atau tidak ,tapi aku anggap menggertak . Tak lama kemudian ia keluar dari rumah membawa tas dengan berlari meninggalkan rumahku.

Aku sedih sekali karena di tinggal isteri tercintaku dan harus menghidupi anakku sendirian . Aku memutuskan untuk mengajak Pak Rohman tinggal di rumahku, dengan beralaskan sandal aku setapak demi setapak berjalan menuju rumah Pak Rohman .Sesampainya disana aku berbicara dengannya, ia menolak untuk tinggal di rumahku kemudian aku menceritakan mimpiku kepadanya dan alhamdulillah ia mau.Mudah-mudahan keputusanku tepat.

Rabu, 17 Maret 2010

HARI YANG MENYEBALKAN (Revisi)

Karya : Ahmad Shidiq

Awan hitam yang lebat mulai nampak dari atas langit dan angin dingin berhembus dengan sepoi-sepoi . Aku terbangun dari tidurku karena pagi ini udaranya sangat dingin, akan tetapi aku tidur lagi dan mengambil selimut yang terjatuh dari kamar tidur, karena masih ngantuk sekali. Kemudian ibuku dengan suara langtang membangunkanku , akhirnya aku mengangkat tubuhku dengan sekuat tenaga untuk mengambil sucinya air wudlu .

Aku berjalan setapak demi setapak menuju kamar mandi , akan tetapi alangkah terkejutnya ketika aku terpreset dari lantai kamar mandi yang licin, kepalaku berbenturan dengan keramik yang keras, untung saja aku tidak pingsan sehingga dapat berdiri kembali untuk wudlu.

“Allahu akbar” Kataku memulai sholat sambil mengangkat tangan.

Tiba-tiba api terpancar dari langit dan menyambar sesuatu di belakang rumahku . Jantungku langsung berdebar-debar ketika mendengar suara dasyat itu.Aku tetap melanjutkan sholatku walaupun tidak khusuk, setelah selesai aku langsung memeriksanya.

“Masyaallah” kataku terkejut ketika melihat kilat tadi menyambar pohon tua hingga roboh dan hangus seperti jagung yang dibakar diatas arang.

“Ada apa …” teriak tetanggaku yang bvaru keluar dari rumahnya.

“Ini pak ada pohon yang roboh disambar petir” jawabku.

Setelah beberapa jam saya langsung mengambil handuk di kamarku dan langsung mandi.Waktu menunjukkan pukul tujuh kurang tiga puluh menit karena itu aku tidur-tiduran sambil menonton tv menunggu sarapan yang dibuat ibuku.Setelah makan aku lalu pamit dan mencium tangan ibuku.

“Assalamualaikum” kataku ketika akan pergi ke sekolah sambil mengayuh sepeda.

Aku mengayuh sepedaku dengan hati-hati karena hujan semalam membuat jalanan sangat licin ,aku melihat orang-orang menyangkul disa dan juga terlihat pemandangan yang indah, karena aku ke sekolah melewati sawah yang masih hijau. Aku mulai memasuki jalanan beraspal dan mengayuh lebih cepat .
“Kenapa hari ini tak ada orang” kataku bingung .

Aku kaget ketika melihat jam yang ada disebrang jalan, ternyata sekarang sudah jam delapan aku langsung ngebut dengan nafas yang terengah-engah dan jantung yang berdebar-debar karena takut terlambat.Tiba-tiba dari
belakang sebuah sepeda motor melaju kencang dan menyerempetku hingga terjatuh.

“Aduhhh” kataku kesakitan terserempet motor dan terjatuh ke seberang jalan.

Aku di tolong oleh orang diseberang jalan yang selesai mandi di sungai, memang jalan raya dekat sekali dengan sungai .Ia mengingatkanku untuk berhati-hati untuk tidak ngebut.Setelah itu aku melanjutkan perjalanan walaupun kakiku berdarah, di perjalanan aku berfikir siapa orang yang menabrakku tadi sepertinya aku pernah melihatnya di sekolah.

Jantungku berdetak kencang karena gerbangnya sudah di tutup,aku lalu meminta Pak Mahfud untuk membuka gerbang ,ia adalah penjaga gerbang yang sudah bekerja selama lima tahun di sekolahku. Setelah menempatkan sepeda di parkir aku langsung di giring Pak Mahfud menuju kantor .

Aku terkejut sekali ketika melihat anak yang juga terlambat karena seragamnya sama dengan orang yang menyerempetku tadi jika ia orangnya aku akan memukul wajahnya hingga babak belur ,aku bertanya baik- baik tentangakainya sewaktu berangkat ke sekolah , dia menjawab bahwa dia tadi berangkat dengan ayahnya.Aku lalu menghilangkan kecurigaanku dan berkenalan dengannya ternyata namanya Reza ia adalah siswa kelas 8c.

Karena terlambat aku dan Reza disuruh mengambil semua sampah yang ada di lapangan hingga bersih.

Setelah itu aku diberi kertas dan diizinkan pergi ke kelas , dengan perasaan malu aku mengetuk pintu.”Assalamualaikum” ucapkuku.

“Waalaikum salam”

Aku berjalan dengan menahan rasa sakit akibat tersrempet tadi dan mencium tangan Pak Soleh ,aku dipersilahkan duduk setelah memberikan kertas yang tadi diberikan oleh Bu Aminah .

“Tet…tet…tet….” Suara bel berbunyi dengan keras.Semua murid berduyun-duyun meninggalkan ruang kelas kecuali aku dan temanku Ali , aku menceritakan seluruh kejadian yang kualami tadi pagi kepada Ali.


Aku lalu mengajak Ali untuk pergi ke perpustakaan ,aku disana belajar bank soal karena sebentar lagi ujian nasional,waktu terasa singkat karena bel berbunyi begitu cepat.Aku dan Reza lalu kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran.

Bel kembali berbunyi aku bersiap-siap untuk pulang ,aku sangat kaget ketika Reza pulang dengan motor yang telah menyerempetku pagi lalu .Dengan menahan sakit aku lalu berlari kencang mengejar motor itu ,setelah terkejar dan memukulnya dengan sekuat tenaga.

“Kurangajar kau yang menyerempetku “ ucapku dengan emosi.

Semua orang meleraiku karena aku terus memukuli wajahnya Reza hingga wajahnya berdarah ,aku diseret menuju kantor BP dan orangtuaku di panggil ke sekolah.

Rabu, 10 Maret 2010

HARI YANG MENYEBALKAN (Siklus 2)

karya:A.Shidiq



Kabut putih mulai menyelimuti dan angin berhembus sepoi-sepoi ,terlihat dari arah timur sang surya menampakkan sinarnya.Aku bangun dari ranjang untuk mengambil sucinya air wudlu yang dingin.

“Allahu akbar” Kataku memulai sholat sambil mengangkat tangan.

Tiba-tiba api terpancar dari langit dan menyambar sesuatu di belakang rumahku .Jantung langsung berdebar-debar ketika mendengar suara dasyat itu.Aku tetap melanjutkan sholatku walaupun tidak khusuk, setelah selesai aku langsung memeriksanya .

“Masyaallah” kataku terkejut ketika melihat kilat tadi menyambar pohon tua hingga roboh dan hangus seperti jagung yang dibakar diatas arang.

“Ada apa …” teriak tetanggaku kaget.

“Ini pak ada pohon yang roboh disambar petir” jawabku.

Setelah beberapa jam saya langsung mengambil handuk di kamarku dan langsung mandi. Hari ini saya mid semester sehingga tidak boleh terlambat. Waktu menunjukkan pukul tujuh kurang tiga puluh menit karena itu aku tidur-tiduran sambil menonton tv menunggu sarapan yang dibuat ibuku.

“Assalamualaikum” kataku ketika akan pergi ke sekolah sambil mengayuh sepeda.

“Kenapa hari ini tak ada orang” kataku bingung.

Aku kaget ketika melihat jam yang ada disebrang jalan, ternyata sekarang sudah jam delapan aku langsung ngebut dengan nafas yang terengah-engah dan jantung yang berdebar-debar.

“Aduhhh” kataku kesakitan terserempet motor dan terjatuh ke seberang jalan hingga berdarah.

Aku di tolong oleh orang yang menyrempet ku tadi lalu ia minta maaf dan bersedia mengantarku kesekolah karena kakiku berdarah akan tetapi aku menolaknya karena sepedaku akan dititipkan dimana.Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan walaupun kakiku berdarah ,aku terus berusaha mengayuh sepeda sampai di gerbang sekolahku dan aku tidak terlambat setelah, menempatkan sepeda di parkir aku langsung lari menuju ruang tesku alangkah kagetnya ketika aku masuk ke kelas, karena seragamku salah yang seharusnya membawa seragam hari rabu-kamis.Aku malu sekali dengan teman-temanku ,pada waktu kelas gaduh sekali hingga membuat pak Broto marah.

Aku tidak menghiraukan hal itu, dengan baju yang kotor dan kaki yang berdarah aku setapak demi setapak menghampiri mejanya Pak Broto dan meminta soal kepada Pak Broto yang pada waktu itu mengawasi ,ia adalah guru yang palingku benci karena pada waktu kelas satu ia menghukumku berlari mengitari lapangan lima kali hanya karena tidak membawa LKS,aku sangat dendam kepadanya hingga aku ingin memukul wajahnya.

“Kenapa kamu salah pakai seragam” kata Pak Broto ingin tahu.

“Saya pikir hari ini selasa pak”

“Ya sudah ini soalnya”

Aku dipersilahkan duduk oleh Pak Broto guru paling menyebalkan dengan kumis dan alis yang tebal dengan mengenakan baju yang polos, aku mulai mengerjakan soal dengan teliti . karena Pak Broto orangnya disiplin ia memeriksa satu-satu kartu tes yang sudah dibagikan sabtu lalu ,aku gelisah sekali karena kartu tesku ketinggalan dirumah.

”Waduhhh..gawat” kataku kebimgungan .

“Mana kartu tesmu?”

“Ketinggalan pak” kataku sambil gemetar dengan kringat yang menetes dari sekujur tubuhku.

“Apa…, keluar kau dan beli lagi” kata Pak Broto dengan wajah memerah.

“Baik pak”

Aku lalu keluar dan mengambil uang di tas akan tetapi uangku ketinggalan juga,aku bingung harus melakukan apa.Kemudian aku masuk ke kelas untuk meminjam uang temanku.

“Mengapa kamu masuk ,apa kamu sudah membeli kartu tes ” kata Pak Broto.

“Maaf pak uang saya ketinggalan ! ”

Saat aku ingin pinjam uang temanku tiba-tiba Pak Broto melarangku dan ia mengambil dompet disaku belakangnya dan mengambil uang dua ribu untuk diberikan kepadaku . Aku salah sangka kepada Pak Broto yang ku kenal galak dan suka menghukum ,aku baru sadar ia menghukumku bukan karena membenciku tapi peduli. Aku lalu membeli kartu tes di kantor.

Jumat, 26 Februari 2010

revisi cerpen

karya:A.Shidiq



UJIAN DI TANAH METROPOLITAN(REVISI)



Keringat menetes di sekujur tubuh Pak Parno yang sedang mengorek-ngorek sampah di megahnya ibukota.Matahari membakar kulit orang tua itu hingga gosong seperti sawo matang.Memang pekerjaan orang tua itu tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya, ditambah utang yang menyekik lehernya walaupun demikian ,ia tatap berusaha sekuat tenaga .Pak Parno biasanya mendapatkan lima ribuan akan tetapi hari ini Pak Parno tidak beruntung karena hanya mendapat kan empat lembar lima ratus yang bergambar kera dan agak sobek.

Pak Parno pulang dengan wajah cemberut dan tidak punya semangat hidup.”bagaimana ini ,apa yang harus dimakan oleh keluargaku”,kata Parno dalam hati sambil melihat awan yang gelap yang segera akan hujan.Pak Parno masuk kerumah dengan langkah yang pelan-pelan.Didalam rumah terdengar suara orang makan .Parno lalu masuk dan terkejut ,ternyata saudaranya berkunjung dan memberikan makanan.

Orang tua itu bersyukur sekali karena telah diberi keringanan oleh Allah SAW yaitu diberikan makanan.”Pak, dapat berapa bapak bekerja?”,Tanya bu Anah istri Pak Parno.”Dapat seperti biasanya buk”,jawab Pak Parno dengan perasaan takut jika isterinya tahu bahwa dia hanya mendapatkan seribu perak.


☻☻☻☻☻☻☻☻

Hujan datang dengan derasnya ditemani petir yang menjilat indahnya ibu pertiwi ini,lebih menyeramkan lagi ketika cahaya hitam menyoroti gubug kecil itu.Terdengar dari gubug kecil itu, suara pohon tumbang yang digergaji dasyatnya petir biru. Angin berhembus begitu kencang menerobos sela-sela kayu gubug itu.Terlihat Pak Parno melamun dan melihat dua lembar uang limaratusan yang didapatkan siang tadi.”Apauang ini cukup untuk kehidupanku”,kata Pak Parno menangis dalam hati.

“Tes…tes…”,bunyi tetesan air yang jatuh dari atas genting yang pecah.Pak Parno terbangun karena terkena tetesan airt hujan. Pak Parno lalu Berdiri dan mengambil sucinya air wudlu dari pancuran sebuah kendi.”Ya Allah berilah hambamu ini jalan kemudahan”,kata doa Orang tua itu setelah melaksanakan sholat tahajud denga sarung yang ditambal-tambal.

☼☼☼☼☼☼☼☼

Sang surya menampakkan cahayanya yang terang benderang dan menghangatkan desa orang tua itu ,yang tak pernah terdengar di megahnya kotaa Jakarta.Pak Parno bersia-siap untuk mulung ,dulu Parno bekerja sebagai nelayan yang menangkap ikan di Sungai Ciliwung Pak Parno berhenti karena sungai itu sekarang sudah menghitam dan menyebarkan bau busuk yang menusuk hidung .Pak Parno berangkat setelah memakan hangatnya buah singkong pemberian saudaranya dan berpamitan kepata ank dan isterinya.

“Pak bawa uang yang banyak untuk beli mainan dan makanan”,kata salah satu anaknya.

“Ya doakan saja “,sambil berjalan tanpa alas kaki.

Dalam perjalanan Pak Parno harus melewati sungai agak besar dengan jembatan yang terbuat dari tiga potong bambu tanpa pegangan.”Krk.krk..”,bunyi bambu ketika diinjak oleh Pak Parno.Ia berjalan sangat hati karena jika ia tercebur maka ia tidak akan selamat. Tiba-tiba keseimbangannya goyah dan ia lalu memegang bambu itu denga sekuat tenaga.”Tolong-tolong…”,kata orangtua itu dengan suara yang keras akan tetapi tidak ada yang mendengarnya,karena tidak ada yang menolongnya akhirnya ia tidak kuat lagi dan terjatuh kealiran sungai yang deras.
Tubuh parno terseret arus yang sangat deras membawanya kesebuah desa.Untung sdaja tubuhnya tersangkut oleh ranting-ranting pohon,kemudian ada seorang warga dari desa tersebut yang melihatnya,lalu orang itu memanggil warga desa lain untuk menolong tubuh Parno yang tak berdaya dan membawanya ke rumah pak lurah.

“Ada apa ini “,kata pak lurah kepada warga desanya.

“Ini pak ada orang yang terseret arus dan tak sadarkan diri”,kata salah satu warga desa.

“Kalau begitu cepat bawa kedalam”,ucap pak lurah .

Setelah lama taksadarkan diri pak lurah merasa bingung,kemudian Anton putra pak lurah memberikan solusi untuk membawa tubuh Pak Parno ke rumah sakit.Pak lurah setuju kemudian memanggil warga desa untuk mengangkat Parno.

☺☺☺☺☺☺☺☺

Setelah waktu berlalu dengan cepatnya Pak Parno membuka matanya.”Anda sudah sadar pak”,ucap anton gembira.

“Dimana saya “,kata pak parno kebingungan .

“Tenang pak tenang”,kata anton mencoba menenangkannya.

“Tok..tok..tok..,assalamualaikum”,kata ayah anton membawa makanan.

“Waalaikumsalam”

Setelah Pak Parno makan ia lalu menceritakan semua kejadian yang terjadi.Pak Parno sangat kangen dengan keluarganya yang menantikannya membawa makanan akantetapi, ia harus harus terus dirumah sakit hingga keadaannya membaik.

Sementara itu keluarganya khawatir karena Pak Parno belum pulang juga sedangkan ,anak nya menunggu dengan rasa lapar .Bu Anah saangat bingung bagaimana cara memberi makan anaknya,ia teringat ketika malam lalu suaminya meletakkan sesuatu dibawah kasur,dia langsung membukanya dan menemukan dua lembar empat lembar lima ratusan,ia lalu segera membeli nasi bungkus ketoko.

“Bu, saya membeli nasi bungkus cepat ya”,kata Bu Anah denga nafas yang terengah-engah karena berlari.

“Ya tunggu sebentar”,kata Bu sarah pemilik warung.

“Ini buk nasinya “

“Oh ya terimakasih ini uangnya “

Buanah bertanya kepada penjual nasi itu temtang suaminya akan tetapi hasilnya tidak ada.Bu Anah segara pulang dan memberikan nai itu kepada ank-anaknya.


☼☼☼☼☼☼☼☼

Matahari kembali naik keatas dengan cahayanya yang memberi kesejahteraan semua makhluq hidup di bumi.Bu Anah terbangun dan suaminya belum pulang juga ia lalu bertanya kepada tetangganya tapi tidak ada yang tahu dimana suaminya ,ia lalu pulang dan terus menunggu suaminya himgga iaa datang.

Taklama kemudian terdengar suara mobil dari depan rumahnya ,ia kemudian berlari kencang untuk mobil siapa itu.Ternyata yang datang adalah suaminya dengan seseoarang yang ia tidak kenal.

Lalu Pak Parno dan pak lurah masuk ke gubug tua itu,Bu Anah bertanya kepada suaminya kenapa ia seperti ini lalu ia menceritakannya kepada isterinya.

“Terimakasih pak atas bantuannya”,kata Bu Anah

“Ya sama-sama,semua orang itu harus saling tolong-menolong”

Paklurah itu kemudian menawarkan pekerjaan yang bisa memenuhi kebutuhannya dan ia juga melunasi semua hutang Pak Parno.Pak Parno langsung sujaud syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan kemudahan .Sekarang Pak Parno tahu bahwa dibalik kesulitan itu ada hikmahnya.

Rabu, 24 Februari 2010

PERJUANGAN DI TANAH METROPOLITAN

Karya:Ahmad Shidiq


Keringat menetes di sekujur tubuh Pak Parno yang mengorek-ngorek sampah di megah nya ibukota.Matahari membakar kulit orang tua itu hingga gosong seperti sawo matang.Memang pekerjaan orang tua itu tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya ditambah utang yang menyekik lehernya walaupun demikian ,ia tatap berusaha sekuat tenaga .Pak Parno biasanya mendapatkan lima ribuan akan tetapi hari ini Pak Parno tidak beruntung karena hanya mendapat kan empat lembar lima ratus yang bergambare kera dan agak sobek.

Pak Parno pulang dengan wajah cemberut dan tidak punya semangat hidup.”bagaimana ini ,apa yang harus dimakan oleh keluargaku”,kata Parno dalam hati sambil melihat awan yang gelap yang segera akan hujan.Pak Parno masuk kerumah dengan langkah yang pelan-pelan.Didalam rumah terdengar suara orang makan .Parno lalu masuk dan terkejut ,ternyata saudaranya berkunjung dan memberikan makanan.

Orang tua itu bersyukur sekali karena telah diberi keringanan oleh Alla SWT.”Pak, dapat berapa bapak bekerja?”,Tanya bu Anah istri Pak Parno.”Dapat seperti biasanya buk”,jawab Pak Parno dengan perasaan takut jika isterinya tahu bahwa dia hanya mendapatkan seribu perak.


☻☻☻☻☻☻☻☻

Hujan datang dengan derasnya ditemani petir yang menjilat indahnya ibu pertiwi ini,lebih menyeramkan lagi ketika cahaya hitam menyoroti gubug kecil itu.Terdengar dari gubug kecil itu, suara pohon tumbang yang digergaji dasyatnya petir biru. Angin berhembus begitu kencang menerobos sela-sela kayu gubug itu.Terlihat Pak Parno melamun dan melihat dua lembar uang limaratusan yang didapatkan siang tadi.”Apauang ini cukup untuk kehidupanku”,kata Pak Parno menangis dalam hati.

“Tes…tes…”,bunyi tetesan air yang jatuh dari atas genting yang pecah.Pak Parno terbangun karena terkena tetesan airt hujan. Pak Parno lalu Berdiri dan mengambil sucinya air wudlu dari pancuran sebuah kendi.”Ya Allah berilah hambamu ini jalan kemudahan”,kata doa Orang tua itu setelah melaksanakan sholat tahajud denga sarung yang ditambal-tambal.

☼☼☼☼☼☼☼☼

Sang surya menampakkan cahayanya yang terang benderang dan menghangatkan desa orang tua itu ,yang tak pernah terdengar di megahnya kotaa Jakarta.Pak Parno bersia-siap untuk mulung ,dulu Parno bekerja sebagai nelayan yang menangkap ikan di Sungai Ciliwung Pak Parno berhenti karena sungai itu sekarang sudah menghitam dan menyebarkan bau busuk yang menusuk hidung .Pak Parno berangkat setelah memakan hangatnya buah singkong pemberian saudaranya dan berpamitan kepata ank dan isterinya.

“Pak bawa uang yang banyak untuk beli mainan dan makanan”,kata salah satu anaknya.

“Ya doakan saja “,sambil berjalan tanpa alas kaki.

Dalam perjalanan Pak Parno harus melewati sungai agak besar dengan jembatan yang terbuat dari tiga potong bambu tanpa pegangan.”Krk.krk..”,bunyi bambu ketika diinjak oleh Pak Parno.Ia berjalan sangat hati karena jika ia tercebur maka ia tidak akan selamat. Tiba-tiba keseimbangannya goyah dan ia lalu memegang bambu itu denga sekuat tenaga.”Tolong-tolong…”,kata orangtua itu dengan suara yang keras akan tetapi tidak ada yang mendengarnya,karena tidak ada yang menolongnya akhirnya ia tidak kuat lagi dan terjatuh kealiran sungai yang deras.
Tubuh parno terseret arus yang sangat deras membawanya kesebuah desa.Untung sdaja tubuhnya tersangkut oleh ranting-ranting pohon,kemudian ada seorang warga dari desa tersebut yang melihatnya,lalu orang itu memanggil warga desa lain untuk menolong tubuh Parno yang tak berdaya dan membawanya ke rumah pak lurah.

“Ada apa ini “,kata pak lurah kepada warga desanya.

“Ini pak ada orang yang terseret arus dan tak sadarkan diri”,kata salah satu warga desa.

“Kalau begitu cepat bawa kedalam”,ucap pak lurah .

Setelah lama taksadarkan diri pak lurah merasa bingung,kemudian Anton putra pak lurah memberikan solusi untuk membawa tubuh Pak Parno ke rumah sakit.Pak lurah setuju kemudian memanggil warga desa untuk mengangkat Parno.

☺☺☺☺☺☺☺☺

Setelah waktu berlalu dengan cepatnya Pak Parno membuka matanya.”Anda sudah sadar pak”,ucap anton gembira.

“Dimana saya “,kata pak parno kebingungan .

“Tenang pak tenang”,kata anton mencoba menenangkannya.

“Tok..tok..tok..,assalamualaikum”,kata ayah anton membawa makanan.

“Waalaikumsalam”

Setelah Pak Parno makan ia lalu menceritakan semua kejadian yang terjadi.Pak Parno sangat kangen dengan keluarganya yang menantikannya membawa makanan akantetapi, ia harus harus terus dirumah sakit hingga keadaannya membaik.

Sementara itu keluarganya khawatir karena Pak Parno belum pulang juga sedangkan ,anak nya menunggu dengan rasa lapar .Bu Anah saangat bingung bagaimana cara memberi makan anaknya,ia teringat ketika malam lalu suaminya meletakkan sesuatu dibawah kasur,dia langsung membukanya dan menemukan dua lembar empat lembar lima ratusan,ia lalu segera membeli nasi bungkus ketoko.

“Bu, saya membeli nasi bungkus cepat y”,kata Bu Anah denga nafas yang terengah-engah.

“Ya tunggu sebentar”,kata Bu sarah pemilik warung.

“Ini buk nasinya “

“Oh ya terimakasih ini uangnya “

Buanah bertanya kepada penjual nasi itu temtang suaminya akan tetapi hasilnya tidak ada.Bu Anah segara pulang dan memberikan nai itu kepada ank-anaknya.




☼☼☼☼☼☼☼☼

Matahari kembali naik keatas dengan cahayanya yang memberi kesejahteraan semua makhluq hidup di bumi.Bu Anah terbangun dan suaminya belum pulang juga ia lalu bertanya kepada tetangganya tapi tidak ada yang tahu dimana suaminya ,ia lalu pulang dan terus menunggu suaminya himgga iaa datang.

Taklama kemudian terdengar suara mobil dari depan rumahnya ,ia kemudian berlari kencang untuk mobil siapa itu.Ternyata yang datang adalah suaminya dengan seseoarang yang ia tidak kenal.

Lalu Pak Parno dan pak lurah masuk ke gubug tua itu,Bu Anah bertanya kepada suaminya kenapa ia seperti ini lalu ia menceritakannya kepada isterinya.

“Terimakasih pak atas bantuannya”,kata Bu Anah

“Ya sama-sama,semua orang itu harus saling tolong-menolong”

Paklurah itu kemudian menawarkan pekerjaan yang bisa memenuhi kebutuhannya dan ia juga melunasi semua hutang Pak Parno.Pak Parno langsung sujaud syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan kemudahan .Sekarang Pak Parno tahu bahwa dibalik kesulitan itu ada hikmahnya.
saya ahmad shidiq siswa MTs N Jeketro kelas IX a ,saya sangat suka cartoon naruto dan bleach karena kedua-duanya menarik dan hebat.saya tahu film naruto pada saat kelas lima MI TUNGU.

Jumat, 05 Februari 2010

ini tulisan pertamaku karena blogku yang dulu lupa danharus buat blog lagi