<FONT FACE="arialnarrow" color="blue"> WELCOME TO MY BLOG The Great Country

Minggu, 18 April 2010

PESAN TERAKHIR ARDI revisi)

Karya Ahmad Shidiq

Di ruang yang beralaskan tanah dan hanya diterangi oleh sebuah lilin itu terlihat seorang kakek dan nenek sedang makan malam yang hanya berupa nasi putih dengan perasaan sedih. Terdengar dari luar hujan deras terus mengguyur , angin berhembus sangat kencang dan menerobos sela-sela dinding rumah itu.Suara batuk Bu Rukinah terus bergelombang dari dalam rumah itu hingga mengganggu tetangga.

Aku sangat kasihan karena anak kandung mereka Ardi baru saja meninggal dalam sebuah kecelakaan yang menelan korban jiwa sebelas orang, peristiwa itu terjadi pada saat truk dengan kecepatan penuh menabrak sebuah bus yang sedang berbelok, akhirnya bus terjatuh di jurang. Walaupun usianya tiga puluh tahun ia tetap berusaha keras mencapai cita-citanya.,waktu itu Ardi menumpangi bus dengan rute Semarang-Jakarta dan bermaksud mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di sebuah universitas, Ardi sebenarnya anak orang tak mampu akan tetapi dengan usahanya yang keras ia dapat mengumpulkan uang sebesar sepuluh juta,yang ia kumpulkan selama tiga tahun. Ia mendapatkan uang itu dengan mendirikan toko kecil dan memperbaiki barang-barang elektronik. Ia belajar memperbaiki barang-barang elektronik dari les yang diadakan setiap sore oleh sekolahan.

Ia adalah temanku dulu di SMA yang ada di Desa Jati Agung, ia berkulit sawo matang sedikit berkumis dan murah senyum akan tetapi tak kusangka umurnya seumur jagung.

Aku tidak percaya ketika mendengar ia wafat, aku masih ingat sebelum wafat ia berpesan kepadaku “Mas Aziz selama aku pergi tolong jaga kedua orangtua kita” katanya kepadaku.

“Ya aku akan menjaganya,” sahutku menyanggupi.

“Ini ada sedikit uang,” sambil mengatungkan tangan.

“Tidak usah.”

“Terima saja jika ada sesuatu dengan ayah dan ibuku, sekarang aku mau pergi dulu,” sambil melangkah meninggalkan teras rumahku.

Ia pergi dengan perasaan sedih, karena ia harus meninggalkan kedua orangtuanya yang pada saat itu sedang sakit , ia tidak bisa menunda kepergian hingga orangtuanya sembuh karena ia harus segera mendaftar di sebuah universitas yang ada di Jakarta lusa mendatang.Demi mewujudkan cita-citanya ia harus pergi walaupun menyakitkan hati.

* * *

Suara kokok ayam sudah terdengar di telingaku, matahari pun sudah menampakkan sinarnya yang hangat, embun-embun tumbuhan menghiasi pagi ini . Dengan berpakaian compang-camping pagi-pagi aku harus pergi ke sawah untuk mencangkul, dengan membawa rantang dan cangkul di pundakku aku berjalan dengan santainya, tiba-tiba aku menghentikan langkah karena aku lihat orang-orang berkumpul di rumahnya Ardi.

Dengan membawa rantang aku berlari dengan nafas yang terengah-engah dan menembus kerumunan itu. Alangkah terkejutnya ketika melihat jasad Bu Rukinah terbujur kaku di atas meja. Kemudian kabar itu disiarkan hingga ke pelosok desa.

Semua orang menangis hingga membanjiri rumah itu. orang terus berdatangan ke rumah itu untuk menengok dan yang lainnya mendirikan tenda untuk para takziyah, Pak Rohman istri Bu rukinah sangat sok sekali hingga ia tak sadarkan diri. Aku sangat mengerti perasaannya yang di tinggal istri dan anaknya, ia sekarang sebatang kara .

Setelah dikafani, mayat Bu Rukinah akan segera disalatkan dan dikebumikan , karena Pak Rohman ingin menyaksikan untuk terakhir kali mayat istrinya ia dibopong oleh tiga orang karena tidak mampu berjalan. Mayat Bu Rukinah akan di kebumikan di samping anaknya, sesampainya di maqbaroh Bu Rukinah kemudian di turunkan pelan-pelan menuju lubang yang hanya berukuran satu meter setengah. Semua orang menangis menyaksikan peristiwa itu , tiba-tiba langit yang cerah menjadi mendung dan menghujani tempat itu seakan langit ikut menangis.

* * *

Matahari sudah mulai turun, hujan masih turun dengan pelan-pelan, dan dedaunan basah kuyuh terkena air hujan aku pulang kerumah melewati jalanan yang becek dan berlubang-lubang. Sekarang Pak Rohman tidak punya siapa-siapa, aku ingin membantu dengan menyuruhnya tinggal dirumahku, akan tetapi aku takut dengan istriku Khutomah. Ia orangnya pemarah dan tidak sabaran jika ia tinggal di rumahku yang agak sempit pasti dilarang dan didukung dengan penghasilanku yang pas-pasan pasti tambah ditolak.

Aku mencoba untuk berbicara dengannya tentang masalah Pak Rohman yang tinggal sendirian di rumah tapi aku masih ketakutan. Aku kebingungan apakah aku harus membantunya atau tidak, aku memutuskan untuk salat istikharoh meminta petunjuk Allah.

Aku kaget sekali karena aku bertemu dengan Ardi, ia menyuruhku untuk menjaga ayahnya.Aku terbangun dari mimpiku dan mengambil air wudlu untuk salat subuh.

Aku memutuskan untuk berbicara dengan istriku.
“Apa pendapatmu Bu jika Pak Rohman tinggal di sini?” ucapku dengan halus.

“Saya tidak setuju dengan Bapak, satu anak saja sudah repot apalagi ditambah orang tua pasti tambah repot harus memberi makan, tempat tidur dan apa kita punya uang?” ucapnya dengan lantang .

“Tapi, Bu, ia sekarang tak punya siapa-siapa,” kataku membantahnya.

“Baik, jika Bapak ingin memeliharanya pelihara saja tapi ada satu syarat yaitu Bapak harus mencari pekerjaan yang cocok,” katanya dengan lembut.

Kemudian kami berhenti sejenak dengan kompor yang masih menyala-nyala. kemudian Aku hanya diam saja dan berpikir bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan yang pendapatannya lumayan..

* * *
Seminggu kemudian

Aku menyiapkan bekal untuk mencari pekerjaan di kota. Dengan membaca bismillah aku melangkah meninggalkan rumah tercintaku.

Aku kagum sekali ketika sampai di sana, gedung-gedung tinggi menjulang ke atas dan banyaknya mobil sehingga lalu-lintas menjadi padat. Aku mulai mencari pekerjaan di perusahaan akan tetapi aku ditolak karena ijazahku SMA, aku tidak menyerah demi memelihara ayahnya Ardi aku harus berusaha keras .

Rasa lapar terus menyerangku sehingga aku harus makan di warung. Di situ aku mendengar pemilik warung berbicara tentang lowongan pekerjaan, aku langsung bertanya di mana letak pekerjaanku .

Aku berlari dengan kencang karena aku tidak mau didahului orang, alhamdulillah aku yang pertama datang sehingga aku yang mendapatkan pekerjaannya yaitu sopir. Beruntung sekali aku karena aku dulu pernah belajar nyetir.

Sekarang aku bisa menghidupi keluargaku dan ayahnya Ardi, aku bersyukur sekali kepada Allah karena telah memberiku pekerjaan.

Rabu, 07 April 2010

PESAN TERAKHIR ARDI (siklus 3)

Karya: Ahmad Shidiq

Diruang yang beralaskan tanah dan hanya diterangi oleh sebuah lilin itu terlihat seorang kakek dan nenek sedang makan malam yang hanya berupa nasi putih dengan perasaan sedih. Terdengar dari luar hujan deras terus mengguyur , angin berhembus sangat kencang dan menerobos sela-sela dinding rumah itu.Suara batuk terus bergelombang dari dalam rumah itu hingga mengganggu tetangga.

Aku sangat kasihan waktu itu Ardi menumpangi bus itu dengan rute Semarang-Jakarta dan bermaksud mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di sebuah universitas , Ardi sebenarnya anak orang tak mampu akan tetapi dengan usahanya yang keras ia dapat mengumpulkan uang sebesar sepuluh juta,yang ia kumpulkan selama sepuluh tahun . Ia mendapatkan uang itu dengan mendirikan toko kecil dan memperbaiki barang-barang elektronik. Ia belajar memperbaiki barang-barang elektronik dari les yang diadakan setiap sore oleh sekolahan.

Walaupun ia sudah agak tua dan hanya selisih, karena anak mereka Ardi baru saja meninggal dalam sebuah kecelakaan yang menelan korban jiwa sebelas orang , peristiwa itu terjadi pada saat truk dengan kecepatan penuh menabrak sebuah bus yang sedang berbelok, akhirnya bus terjatuh di jurang. pada dua tahun dariku ia tetap berusaha keras mencapai cita-citanya.

Ia adalah temanku dulu di SMA yang ada di Desa Jati Agung, ia berkulit sawo matang sedikit berkumis dan murah senyum tak kusangka umurnya seumur jagung.

Aku tidak percaya ketika mendengar ia wafat , aku masih ingat sebelum wafat ia berpesan kepadaku “Mas selama aku pergi tolong jaga kedua orangtuaku” katanya kepadaku.

“Ya aku akan menjaganya” sahutku menyanggupi.

“Ini ada sedikit uang” sambil mengatungkan tangan.

“Tidak usah”

“Terima saja jika ada sesuatu dengan kakek dan nenekmu, sekarang aku mau pergi dulu” sambil melangkah meninggalkan teras rumahku.

Ia pergi dengan perasaan sedih, karena ia harus meninggalkan kedua orangtuanya yang pada saat itu sedang sakit , ia tidak bisa menunda kepergian hingga orangtuanya sembuh karena ia harus segera mendaftar di sebuah universitas yang ada di Jakarta lusa mendatang.Demi mewujudkan cita-citanya ia harus pergi walaupun menyakitkan hati.

******

Suara kokok ayam sudah terdengar ditelingaku, matahari pun sudah menampakkan sinarnya yang hangat, embun-embun tumbuhan menghiasi pagi ini . Dengan berpakaian agak jelek pagi-pagi aku harus pergi ke sawah untuk mencangkul, dengan membawa rantang dan cangkul di pundakku aku berjalan dengan santainya tiba-tiba aku menghentikan langkahku karena terlihat orang-orang berkumpul di rumahnya Ardi.

Dengan membawa rantang aku berlari dengan narfas yang terengah-engah dan menembus kerumunan itu. Alangkah terkejutnya ketika melihat jasad Bu Rukinah terbujur kaku diatas meja. Kemudian kabar itu disiarkan hingga kepelosok desa.

Semua orang menangis hingga membanjiri rumah itu , orang terus berdatangan ke rumah itu untuk menengok dan yang lainnya mendirikan tenda untuk para takziyah, Pak Rohman istri Bu rukinah sangat sok sekali hingga ia tak sadarkan diri. Aku sangat mengerti perasaannya yang di tinggal istri dan anaknya, ia sekarang sebatang kara .

Setelah dikafani, mayat Bu Rukinah akan segera disholatkan dan dikebumikan , karena Pak Rohman ingin menyaksikan untuk terakhir kali mayat istrinya ia dibopong oleh tiga orang karena tidak mampu berjalan . Mayat Bu Rukinah akan di kebumikan disamping anaknya ,sesampainya di maqbaroh Bu Rukinah kemudian di turunkan pelan-pelan menuju lubang yang hanya berukuran satu meter setengah . Semua orang menangis menyaksikan peristiwa itu , tiba-tiba langit yang cerah menjadi mendung dan menghujani tempat itu seakan langit ikut menangis.



******

Matahari sudah mulai turun , hujan masih turun dengan pelan-pelan , dan dedaunan basah kuyuh terkena air hujan aku pulang kerumah melewati jalanan yang becek dan berlubang-lubang .Sekarang Pak Rohman tidak punya siapa-siapa , aku ingin membantu dengan menyuruhnya tinggal dirumahku, akan tetapi aku takut dengan istriku khutomah . ia orangnya pemarah dan tidak sabaran jika ia tinggal di rumahku yang agak sempit pasti dilarang dan didukung dengan penghasilanku yang pas-pasan.

Aku mencoba untuk berbicara dengannya tentang masalah Pak Rohman yang harus tinggal sendirian di rumah tapi aku masih ketakutan.Aku kebingungan apakah aku harus membantunya atau tidak ,aku memutuskan untuk sholat istikharoh meminta petunjuk Allah.

Aku kaget sekali karena aku bertemu dengan Ardi ,ia menyuruhku untuk menjaga ayahnya.Aku terbangun dari mimpiku dan mengambil air wudlu untuik sholat subuh.

Aku memutuskan untuk berbicara dengan istriku “Apa pendapatmu bu jika Pak Rohman tinggal disini” ucapku dengan halus.

“saya tidak setuju dengan bapak ,satu anak saja sudah repot apalagi ditambah orangtua pasti tambah repot harus memberi makan, tempat tidurdan apa kita punya uang” ucapnya dengan lantang .

“Tapi buk ia sekarang tak punya siapa-siapa ” kataku membantahnya.

“Emang urusamku ,jika bapak ingin memeliharanya pelihara saja tapi aku akan pergi dari sini” katanya memgancam dengan wajah memerah.

Kemudian kami berhenti sejenak dengan kompor yang masih menyala-nyala.kemudian istriku berbicara lagi denganku “Pak jika bapak ingin memeliharanya peliharalah aku sudah bosan hidup dengan bapak yang miskin”katanya menyinggung perasaanku.

Aku hanya diam saja dan berfikir apakah dia hanya menggertak atau tidak ,tapi aku anggap menggertak . Tak lama kemudian ia keluar dari rumah membawa tas dengan berlari meninggalkan rumahku.

Aku sedih sekali karena di tinggal isteri tercintaku dan harus menghidupi anakku sendirian . Aku memutuskan untuk mengajak Pak Rohman tinggal di rumahku, dengan beralaskan sandal aku setapak demi setapak berjalan menuju rumah Pak Rohman .Sesampainya disana aku berbicara dengannya, ia menolak untuk tinggal di rumahku kemudian aku menceritakan mimpiku kepadanya dan alhamdulillah ia mau.Mudah-mudahan keputusanku tepat.